Sabtu, 10 Maret 2012

AJARAN WAHIDIYAH

AJARAN WAHIDIYAH


PENJELASAN SHOLAWAT WAHIDIYAH
1.             Apa Sholawat Wahidiyah itu?
Sholawat Wahidiyah adalah rangkaian do’a Sholawat Nabi (Shollallohu ‘alaihi wasallam) sebagaimana tertulis di dalam lembaran Sholawat Wahidiyah, termasuk tatacara dan adab pengamalannya.
2.             Apakah faedah Sholawat Wahidiyah ?
Faedah Sholawat Wahidiyah untuk menjernikan hati dan Ma‘rifat Billah (sadar kepada Alloh SWT) wa Rosuluhi SAW.
Bersabda Rosululloh : “Barang siapa membaca shalawat kepadaku satu kali, maka Alloh membalas shalawat kepadanya sepuluh kali; dan barang siapa membaca shalawat kepadaku seratus kali, maka Alloh menulis pada antara kedua matannya : “bebas dari munafiq dan bebas dari neraka”, dan Alloh menempatkannya besok pada Yaumul Qiyamah bersama-sama dengan para suhadak”. (Riwayat Thabrani dari Anas bin Malik)
3.             Siapa yang boleh mengamalkan Sholawat Wahidiyah ?
Boleh di amalkan oleh siapa saja pria, wanita, tua muda, dari aliran atau golongan dan bangsa manapun juga, pokoknya tidak pandang bulu, boleh mengamalkan Sholawat Wahidiyah.
4.             Solawat wahidiyah telah di ijazahkan secara mutlak , jelaskan ?
Sholawat Wahidiyah telah diberi ijazah secara mutlak oleh mu‘allifnya yaitu AL MUKARROM ROMO KYAI HAJI ABDOEL MADJID MA‘ROEF, Pengasuh Pondok Pesantren Kedunglo Kota Kediri Jatim, bahkan dianjurkan supaya di sebar luaskan kepada masyarakat luas tanpa pandang bulu secara ikhlas dan bijaksana.
5.             Sholawat Wahidiyah memiliki beberapa kandungan , sebutkan !
Kandungan-kandungan Sholawat Wahidiyah :
·         Materi rangkaian do‘a Sholawat
·         Etika / tata cara pengamalan Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah
·         Ajaran pokok Wahidiyah.
·         Perjuangan Wahidiyah
6.             Sebutkan materi rangkaian do’a Sholawat
Materi rangkaian do‘a Sholawat Wahidiyah adalah :
o        Hadiah / tawasyul bacaan fatihah kepada Rosululloh SAW dan Ghoutsu Hadzaz Zaman wa A‘wanihi Rodliyalloohu ‘Anhum
o        Sholawat Wahidiyah ( ALLOOHHUMMA YAA WAHIDU…………..dan seterusnya ).
o        Sholawat Ma’rifat ( ALLOOHUMMA KAMAA ANNTA ……………dan seterusnya ).
o        Sholawat Tsaljul Qulub ( YAA SYAFIAL KOLQOSH………….. dan seterusnya ).
o        Nidak kepada Rosuulloh ( YAA SAYYIDII YAA ROSULALLOH ).
o        Istighoutsah ( YAA AYYUHAL GHOUTSU…………………… dan seterusnya )
o        Tasyafu‘an / memohon syafaat untuk diri sendiri, keluarga, dan umat masyarakat (YAA SYAFIAL KHOLQI HABIBALLOH ……….. ………….. dan seterusnya ).
o        Doa sholawat yang berisi permohonan agar dalam waktu singkat ummat masyarakat sadar kepada Alloh SWT wa Rosulihi SAW, mohon ampun agar dimudahkan bersatu dalam fafiruu Ilalloh (YAA ROBBANALLAHUMMA……….. dan seterusnya )
o        Permohonan barokah untuk segala yang di ciptakan oleh Alloh SWT. ( ALLOHUMMA BAARIK……………….. dan seterusnya )
o        Permohonan barokah dalam Mujahadah.
o        Istighroq.
o        Do‘a ajakan kepada masyarakat untuk Fafirru Ilalloh.
7. Rangkaian Sholawat Wahidiyah sesuai dengan sabda Rosululloh Saw. Sebutkan !
“Apabila salah satu diantara kamu semua menghendaki permohonan sesuatu kepada Alloh SWT, maka awalilah dengan memuji dan menyanjung kepada Alloh SWT yang sepantasnya / sewajarnya, kemudian bacalah Sholawat kepada Rosululloh SAW dan mohonlah menurut kebutuhanmu, maka patutlah do’a itu dikabulkan oleh Alloh SWT”.
8. Jelaskan sejarah lahimya sholawat wahidiyah !
Sholawat Wahidiyah lahir di Pondok Pesantren Kedunglo Kota Kediri Jawa Timur pada tahun 1963.
9. Mengapa Sholawat Wahidiyah diamalkan dan di perjuangkan ?!
Sholawat Wahidiyah diamalkan dan di perjuangkan karena disebabkan :
  • adanya kerusakan mental manusia, masyarakat dewasa ini telah di ambang pintu kehancuran, dilanda arus nafsu sehingga mereka tenggelam dalam lautan munkarot dari kebodohanya tentang kesadaran kepada Allah SWT wa Rosulihi SAW. Sholawat Wahidiyah dan Ajaranya telah dibuktikan keampuhannya mampu membawa masyarakat kembali kepada Allah SWT wa Rosulihi SAW.
Sebagaimana sabda Rosululloh SAW:
“Akan teriadi di kalangan ummat_Ku beberapa fitnah dan tidak ada yang selamat dari fitnah itu, kecuali orang yang (hatinya) dihidupkan Alloh SWT dengan memiliki ilmu. Imam Turmudzi berkala .. yang dimaksud ilmu oleh Rosululloh SAW, ialah ILMU BILLAH
  • Sholawat Wahidiyah dalam cara mengamalkannya diatur praktis disertai dengan etika ( adab ) Ubudiyah kepada Alloh SWT wa Rosulihi, simpel / efektif, efesien mudah dan ringan diamalkan.
  • Sesuai dengan maksud dan tujuan Pengamalan Sholawat Wahidiyah. Untuk menjernihkan hati dan Ma‘rifat Billah, sedangkan menjernihkan hati dan ma‘rifat Billah adalah wajib hukumnya.
  • Sholawat Wahidiyah dan kandugannya berdasarkan Al - Qur‘an dan Al - Hadits
10. Apa dasar pengamal Sholawat Wahidiyah ?
Dasar pengamalan Sholawat Wahidiyah adalah perintah Alloh SWT wa Rosulihi SAW :
Allah SWT berfirman :
‘‘ sesungguhnya Allah beserta para malaikatnya senantiasa bersholawat untuk Nabi SAW. Hai orang orang yang beriman bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkan salam penghormatan kepadanya (Nabi SAW.).
 Sabda Rosululloh SAW.:
‘‘Bacalahlah Solawat kamu sekalian kepada-KU, oleh karena sesungguhnya bacaan Sholawat kepada-KU itu merupakan penwmbus dosa dan pembersih bagi kamu sekalian, dan barang siapa membaca Sholawat pada-KU satu kali Alloh SWT memberi Sholawat kepadamu sepuluh kali ‘‘
11. Apa tujuan pengamalan Sholawat Wahidiyah ?
            Tujuan Pengamalan Sholawat Wahidiyah adalah :
  • Ta‘dhim kepada Alloh SWT wa Rosulihi SAW. Dalam Kitab Sa’aadatud-daroin hal 373 disebutkan :
‘Sesungguhnya maksud dari membaca Sholawat kepada Rosululloh SAW, hanya Ta’dhiman atau mengagungkan beliau beserta melahirkan butuh permohan Beliau untuk dimohonkan kepada Alloh SWT dan Rohmat-Nya yang sesuai dengan makom kedudukan keluhuran Rosululloh SAW disisi Alloh SWT. Andaikata tidak demikian, maka Rosululloh SAW sama sekali tidak membutuhkan kepada Sholawat kita, karena Alloh SWT telah melimpahkan bermacam-macam’kesempurnaan kepada beliau yang tidak ada batasnya”.
  • Meningkatkan rasa Mahabbah kepada Alloh SWT wa Rosulihi SAW dan mengikuti kepada Sholawat Alloh SWT dan para Malaikat-NYA.
Dalam Kitab Sa’aadatud Daroini hal..530 diterangkan
“Sesungguhnya Rosululloh SAW itu kekasih Alloh SWT,yang tinggi kedudukannya disisi Alloh SWT, dan sesungguhnya Alloh SWT dan para Malikat-NYA telah berSholawat kepada-Nya. Maka wajiblah mencintai kekasih Alloh SWT dan Taqorrub / mendekatkan diri kepada Alloh SWT dengan mencintai, mengagungkan serta menghaturkan Sholawat kepada kekasih Alloh SWT dan juga mengikuti Sholawat-NYA (Alloh) serta sholawatnya para Malaikatnya Alloh.”
  • Tujuan akhir dari pegamalan Sholawat Wahidiyah adalah Penerapan Ajaran Wahidiyah : LILLAH, BILLAH, LIRROSUL, BIRROSUL, LILGHOUTS, BILGHOUTS, YUKTI KULLADZI HAQQIN HAQQAH, TAQDIMUL AHAM, TSUMMAL ANFA, FAL ANFA / FAFIRRU – ILALLOH WA ROSULIHI SAW.
  Sumber http://sholawat-wahidiyah.com/id/rsl/pjlsnsw.htm

Yang dimaksud dengan "AJARAN WAHIDIYAH" adalah "Bimbingan praktis lahiriyah dan batiniyah di dalam melaksanakan tuntunan Rosululloh SAW, meliputi bidang syari'at dan bidang haqiqot, mencakup peningkatan Iman, pelaksanaan Islam dan perwujudan Ihsan serta pembentukan moral / akhlaq". Peningkatan iman menuju kesadaran atau ma'rifat kepada ALLOH SWT.
Pelaksanaan Islam sebagai realisasi dari ketaqwaan terhadap ALLOH SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Perwujudan Ihsan sebagai manifestasi dari iman, Islam yang kamil (sempurna). Pembentukan moral / akhlaq untuk mewujudkan akhlaqul karimah.
Bimbingan praktis lahiriyah dan batiniyah di dalam memanfa'atkan potensi lahiriyah yang ditunjang oleh pendayagunaan potensi batiniyah/spiritual yang seimbang dan serasi. Jadi bimbingan praktis tersebut meliputi segala bentuk kegiatan hidup dalam hubungan manusia dengan ALLOH wa ROSUULIHI SAW (HABLUM MINALLOH), hubungan manusia dalam kehidupan masyarakat sebagai insan sosial (HABLUN MINAN-NAAS), hubungan manusia dengan keluarga, rumah tangga, dengan bangsa, negara dan agama, dengan sesama ummat manusia segala bangsa serta hubungan manusia dengan segala makhluq di lingkungan hidup pada umumnya.

Secara ringkas AJARAN WAHIDIYAH tersebut dirumuskan sebagai berikut:


L I L L A H

Artinya, segala amal perbuatan apa saja, perbuatan lahir dan perbuatan batin, baik yang wajib, yang sunnah dan yang mubah, lebih-lebih yang berhubungan langsung dengan ALLOH WA ROSUULIHI SAW seperti sholat, puasa, haji, baca Qur'an, baca sholawat dan sebagainya, maupun yang berhubungan di dalam masyarakat, di dalam kehidupan sehari-hari, seperti makan, minum, tidur, istirahat, bekerja dan sebagainya, asal bukan perbuatan yang terlarang, asal bukan perbuatan yang tidak diridloi oleh ALLOH SWT, asal bukan perbuatan yang melanggar syari'at dan undang-undang, pokoknya asal bukan perbuatan yang merugikan : melaksanakannya supaya disertai niat ber-ibadah kepada ALLOH dengan ikhlas "LILLAHI TA'ALA" tanpa pamrih suatu apapun, Baik pamrih duniawi maupun pamrih ukhrowi.
Dengan menyertakan niat ibadah LILLAH (di dalam hati terutama) di dalam segala perbuatan yang tidak terlarang seperti itu, menurut hadits tersebut di atas, perbuatan apa saja yang kita lakukan akan mempunyai nilai ibadah/tercatat sebagai ibadah. Dan dengan demikian sesuailah dengan kehendak ALLOH yang digariskan di dalam ayat 56 surat Adz-Dzaariat tersebut. Sekali lagi harus diingat bahwa yang boleh dan bahkan harus disertai niat ibadah LILLAH adalah terbatas pada perbuatan yang tidak terlarang.
Adapun perbuatan yang melanggar syari'at atau undang-undang, yang tidak diridloi oleh ALLOH SWT, yang merugikan, baik merugikan diri sendiri dan lebih-lebih merugikan orang lain, sama sekali tidak boleh disertai niat ibadah LILLAH. Harus dijauhi dan ditinggalkan. Betapa-pun kecil dan remehnya. Harus berusaha sekuat mungkin untuk menjauhi dan meninggalkan! Dan pada saat menjauhi atau meninggalkan itulah yang harus disertai niat ibadah LILLAH. Jangan sampai dalam kita menjauhi atau meninggalkan munkarot itu didorong oleh kemauan nafsu. Harus LILLAH - beribadah kepada ALLOH SWT, menjalankan perintah ALLOH SWT! Titik. Tidak ingin begini dan begitu. Demikian seterusnya di dalam kita menjalankan amar ma'ruf dan nahyi munkar, harus dengan niat ibadah kepada ALLOH dengan ikhlas LILLAH. Jangan karena terdorong oleh nafsu supaya begini dan begitu, agar tidak merusak dan menghancurkan nilai bangunan amal yang kita kerjakan.


B I L L A H

artinya, di dalam segala perbuatan dan gerak gerik lahir maupun batin, di manapun dan kapan saja, supaya hati kita senantiasa merasa dan beri'tikad bahwa yang menciptakan dan menitahkan itu semua adalah ALLOH SWT Tuhan Maha Pencipta. Jangan sekali-kali mengaku atau merasa mempunyai kekuatan dan kemam-puan sendiri tanpa dititahkan oleh ALLOH SWT! Jadi mudahnya hati selalu menerapkan kandungan ma'na dari


"Tiada daya dan kekuatan melainkan atas titah ALLOH (BILLAH) "

Dan menerapkan firman ALLOH SWT:




"Dan ALLOH-lah yang menciptakan kamu sekalian dan apa saja yang kamu sekalian perbuat".  (Q.S. 37- As- Shoffaat : 96).




"Dan kamu sekalian tidak dapat menghendaki (tidak dapat berkehendak menempuh jalan yang lurus) melainkan apabila"
dikehendaki ALLOH Tuhan semesta alam (Q.S. 81 - At-Takwir : 29 )

Jadi jelasnya, di dalam kita melihat, mendengar, merasa, menemukan, bergerak, berdiam, berangan-angan, berfikir dan sebagainya, supaya hati selalu sadar dan merasa bahwa yang menggerakkan yang menitahkan itu semua adalah ALLOH SWT. Merasa BILLAH. Semuanya BILLAH. Tidak ada sesuatu yang tidak BILLAH. Ini harus kita rasa di dalam hati. Tidak cukup hanya pengertian dan keyakinan dalam otak. Bukan sekedar pengertian ilmiah saja. Kita membaca buku ini, kita memahami buku ini - BILLAH. Buku yang anda baca inipun BILLAH. Diri kitapun BILLAH. Mari terus merasa begitu. Merasa BILLAH.


L I R - R O S U L

Artinya, Segala amal ibadah atau perbuatan apa saja, asal tidak melanggar syariat Rosul, disamping disertai niat LILLAH seperti di atas, supaya juga disertai dengan niat "mengikuti tuntunan Rosululloh SAW!" Jadi dalam segala hal perbuatan apa saja asal tidak melanggar Syariat Islam, niatnya harus dobel. Yakni niat LILLAH dan niat LIRROSUL.
    Dengan tambahan niat LIRROSUL disamping niat LILLAH seperti itu, nilai kemurnian ikhlas semakin bertambah bersih. Tidak mudah diridu/digoda oleh iblis, tidak gampang disalahgunakan oleh kepentingan nafsu. Disamping itu penerapan LIRROSUL juga merupakan di antara cara Ta'aluq Bijanaabihi SAW - berhubungan atau berkonsultasi batin dengan Baginda Nabi SAW. Dengan menerapkan LIRROSUL disamping LILLAH secara terus-menerus Insya ALLOH lama-kelamaan hati dikaruniai suasana seperti mengikuti Rosululloh SAW atau seperti ber-sama-sama dengan Rosululloh SAW di mana saja kita berada terutama ketika menjalankan amal-amal ibadah apa saja. Dengan demikian situasi batin kita benar-benar dapat menduduki hakikatnya mengikuti atau mangikuti secara hakiki seperti sudah kita bahas di muka : HAQIIQOTUL MUTAABA'ATI RUKYA-TUL MATBUU'I'INDA KULLI SYAI-IN = mengikuti yang hakiki harus melihat kepada yang diikuti pada segala keadaan, segala situasi dan kondisi.
    Adapun dasar atau dalil mengenai penerapan LIR-ROSUL banyak sekali kita jumpai di dalam Al Qur'an. Antara lain bahkan yang berupa perintah :

"Dan taatlah kepada ALLOH (LILLAH) dan Rosul-NYA (LIRROSUL) jika kamu sekalian orang-orang yang beriman."  ( 8-Al Anfaal-1) 
 

"Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kepada ALLOH (LILLAH) dan Rosul-NYA (LIRROSUL) dan jangan-lah kamu sekalian berpaling dari-NYA sedangkan kamu sekalian mendengar". (Q.S. 8 : Al- Anfal-20)
Artinya kurang lebih:
"Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kepada ALLOH (LILLAH) dan taatlah kepada Rosul (LIR-ROSUL) dan janganlah kamu sekalian membatalkan (merusakkan) amal-amal kamu sekalian". (Q.S. 47-Muhammad-33).
"Dan barang siapa taat kepada ALLOH (LILLAH) dan Rosul-NYA (LIRROSUL), maka sungguh ia memperoleh kabahagiaan yang agung".
(33-Al-Ahzaab-71).
   
Orang yang hatinya selalu merasa mengikuti Rosululloh SAW disamping niat ibadah kepada ALLOH dalam segala perbuatan yang tidak melanggar syari'at agama dan undang-undang, lebih-lebih ketika menjalan-kan amal-amal ibadah, baik yang wajib maupun yang sunnah atau yang mubah sekalipun, otomatis sangat berhati-hati sekali, tidak berani sembrono, tidak berani berkutik. Sikapnya selalu hormat dan tawadlu' kepada siapapun. Lisaanul hal dan lisaanul maqol-nya senantiasa sopan dan ramah tamah, sebab disinari oleh pancaran takholluq biakhlaaqillaahi wa biakhlaaqi Rosuulihi SAW selalu hormat kepada yang seatasnya dan kasih sayang kepada yang sebawahnya. Senang menolong kepada orang lain dan masyarakat, baik diminta ataupun tidak diminta. Pertolongan lahiriyah dan atau pertolongan batiniyah. Mudahnya, dia ketularan akhlak Rosululloh SAW yang Rohmatan Lil'alamiin itu. Ketika menjalankan amal-amal ibadah terutama dia lebih berhati-hati lagi, jangan sampai tingkah lahir dan batinya merusakkan amal ibadahnya sehingga ditolak oleh ALLOH SWT.

B I R - R O S U L

Ini termasuk bidang Haqiqot seperti halnya dengan BILLAH sekalipun dalam beberapa hal dalam penerapan-nya ada perbedaan. Sedangkan LILLAH dan LIRROSUL adalah bidang syari'at. Penerapan BIRROSUL adalah : disamping sadar BILLAH seperti di atas, supaya juga sadar dan merasa (rumongso lan kroso, bahasa Jawa) bahwa segala sesuatu termasuk diri kita dan gerak gerik diri kita lahir maupun batin yang diridloi ALLOH, adalah sebab jasa Rosululloh SAW. Jadi, dalam segala langkah dan gerak-gerik kita lahir maupun batin yang bagaimanapun saja asal tidak melanggar syari'at Rosul SAW, hati kita harus merasa menerima jasa dari Rosululloh e. Jasa tersebut terus mengalir berkesinambungan tiada putus-putusnya. Jika dihindari sekejap saja oleh jasa Rosululloh e kita tidak dapat berbuat apa-apa. Bahkan wujud kitapun jika dihindari oleh jasa Rosululloh e menjadi 'adam seketika.
    Jadi penerapan BIRROSUL itu seperti  BILLAH akan tetapi terbatas, tidak mutlak seperti BILLAH. Terbatas hanya dalam hal-hal yang diridloi ALLOH  WA ROSUULIHI SAW. Maka ketika melakukan ma'siat misalnya, tidak boleh merasa BIR-ROSUL. Akan tetapi merasa harus tetap BILLAH. Pembatasan tersebut adalah mengisi bidang adab. Dan kita harus menempatkan segala sesuatu pada kedudukan atau proporsi yang sebenarnya. Bidang syari'at harus kita isi sepenuh-penuhnya dan setepat mungkin, dan bidang haqiqot juga harus kita terapkan setepat mungkin. Begitu juga bidang adab harus kita isi setepat-tepatnya, tidak boleh kita abaikan ! Langit bumi seisinya ini, termasuk manusia, adalah rahmat kasih dari ALLOH SWT. Dan rahmat kasih tersebut disalurkan melalui Rosululloh SAW sebagaimana firman-NYA :

Artinya kurang lebih:

"Dan tiadalah AKU mengutus Engkau (Muhammad) melainkan rahmat bagi seluruh 'alam". (21-Al-Anbiya-107)

Jadi seluruh 'alamin ini termasuk manusia ber-hutang budi atau dalam pembahasan di atas kita memakai istilah "mendapat jasa" dari Rosululloh SAW. Islam dan Iman di dada kita ini adalah jasa dari Rosululloh SAW. Jasa yang paling besar nilainya. Tidak dapat diukur dengan harta atau materi yang berapapun banyaknya ! Bahkan segala apa saja yang terdapat dalam diri pribadi manusia, yang ada di luar, yang ada di sekelilingnya, yang ada di hadapannya yang kelihatan mata atau yang tidak kelihatan, yang dapat diraba oleh panca indera atau yang tidak dapat, semuanya itu adalah jasa Rosululloh SAW. Tanpa Rosululloh SAW ummat manusia sudah menjerumus kepada kesewenang-wenangan, pertikaian, dan permusuhan satu sama lain yang pada akhirnya terseret kepada bencana kehancuran dan malapetaka kesengsaraan.

YUKTII KULLA DZII HAQQIN HAQQOH

Maksudnya adalah agar supaya kita berusaha mengisi dan memenuhi segala bidang kewajiban. Mengutamakan pemenuhan kewajiban di segala bidang daripada menuntut hak. Baik kewajiban terhadap ALLOH dan Rosululloh SAW, maupun kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan masyarakat di segala bidang dan terhadap makhluk pada umumnya. Di dalam hubungan hidup satu sama lain selalu timbul hak dan kewajiban yang kait mengait satu sama lain. Kewajiban A terhadap B merupakan hak B dari  A. Begitu juga sebaliknya. Kewajiban B terhadap A merupa-kan haknya A dari B. Maka diantara hak dan kewajiban itu yang harus diutamakan adalah pemenuhan kewajiban masing-masing. Soal hak, tidak usah dijadikan tuntutan, asal kewajiban dipenuhi dengan baik, otomatis apa yang menjadi haknya datang dengan sendirinya.
Beberapa contoh :
  • Hubungan suami istri
          Sang suami mempunyai hak memperoleh pelayanan yang baik dari istri, akan tetapi juga mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap istri. Istri juga mempunyai hak nafkah, bimbingan dan perlindungan dari suami, akan tetapi juga mempunyai kewajiban khidmah atau memberikan layanan yang baik terhadap suami. Maka yang harus diutamakan oleh :
Suami :    memenuhi kewajiban nafkah, melindungi dan memberikan bimbingan kepada istri, tanpa menuntut hak pelayanan dari istri.
Istri    :    memenuhi kewajiban menghormati dan mem-berikan pelayanan yang baik, tanpa menuntut hak nafkah, hak perlindungan, hak bimbingan dan lain-lain dari suami.
  • Hubungan orang tua dengan anak
Orang tua mempunyai hak dihormati dan ditaati oleh anak, tetapi mempunyai kewajiban nafkah dan mendidik anak. Anak mempunyai hak nafkah dan pendidikan dari orang tua, akan tetapi mempunyai kewajiban hormat dan taat kepada orang tua  Maka yang harus diutamakan oleh :
Orang tua  :    memenuhi kewajiban nafkah dan men-didik anak, tanpa memperhitungkan peng-hormatan dan ketaatan dari anak. Ter-kecuali untuk tujuan mendidik .
Anak          :    memenuhi kewajiban hormat dan taat kepada orang tua tanpa memperhitungkan tuntutan hak nafkah dan lain-lain.
        Begitu juga yang lain-lain. Pemerintah berhak di-tunduki dan dituruti oleh rakyat, akan tetapi berkewajiban membimbing dan memajukan rakyat. Maka yang harus diutamakan oleh Pemerintah adalah kewajiban membimbing, melindungi serta memajukan rakyat. Sebaliknya begitu juga rakyat berhak mendapat bimbingan dan perlindungan dari pemerintah, akan tetapi juga mempunyai kewajiban taat dan setia kepada Pemerintah. Maka yang harus dijalankan oleh rakyat hanyalah tunduk dan taat kepada Pemerintah tanpa memperhitungkan apa yang menjadi haknya. Sekali lagi apabila kewajiban dipenuhi dengan baik otomatis hak datang dengan sendiri-nya dengan baik pula.

TAQDIIMUL AHAM FAL-AHAM TSUMMAL ANFA'FAL ANFA'

Sering kali kita jumpai lebih dari satu macam persoalan yang harus diselesaikan dalam waktu yang bersamaan dan kita tidak mampu mengerjakan bersama-sama. Maka dalam keadaan seperti itu kita pilih diantara-nya mana yang lebih aham (lebih penting) itu yang harus kita kerjakan lebih dahulu. Jika sama-sama pentingnya maka kita pilih yang besar manfaatnya. Demikian yang dimaksud "Taqdiimul Aham Fal Aham Tsumal Anfa' Fal-Anfa'". Jadi mendahulukan yang lebih penting, kemudian jika sama-sama pentingnya dipilih yang lebih besar manfaatnya.
Untuk menentukan pilihan yang "aham" dan mana yang "anfa'" kita perhatikan pedoman : "Segala hal yang berhubungan langsung kepada ALLOH WA ROSUULIHI SAW, terutama yang wajib, pada umumnya harus dipandang "AHAM" - lebih penting. Dan segala hal yang manfaatnya dirasakan juga oleh orang lain / masyarakat banyak, harus dipandang Anfa' (lebih besar manfaatnya).
Dikatakan "pada umumnya" sebab mungkin pada suatu saat karena adanya hal-hal baru muncul atau karena situasi dan kondisi, pelaksanaannya dapat menyimpang dari ketentuan tersebut. Misalnya suatu ketika kita sedang Mujahadah atau Ibadah sunnah lainnya kemudian ada tamu dari jauh dan sangat penting, maka dalam keadaan seperti itu kita harus menemui tamu tersebut. Setelah selesai menemui tamu, Mujahadah dapat diteruskan lagi. Contoh lain, ketika sedang sholat di pinggir sungai misalnya, lalu terdengar jeritan orang hanyut di sungai itu dan minta pertolongan, maka kita harus membatalkan sholat dan menolongnya.
INSYA ALLOH dan sesuai dengan pengalaman, kalau benar-benar tepat penerapan LILLAH BILLAH LIR-ROSUL BIR-ROSUL dst, pemilihan mana yang "AHAM" dan mana yang "ANFA' itu pasti tepatnya. Tetapi sebaliknya, jika lepas dari LILLAH BILLAH, LIR-ROSUL BIR-ROSUL dst, mungkin bisa timbul penyesalan di kemudiannya akibat dari pemilihan "AHAM" dan "ANFA' yang kurang tepat.

1 komentar: