AJARAN WAHIDIYAH
PENJELASAN SHOLAWAT WAHIDIYAH
1.
Apa Sholawat Wahidiyah itu?
Sholawat Wahidiyah adalah rangkaian do’a Sholawat Nabi
(Shollallohu ‘alaihi wasallam) sebagaimana tertulis di dalam lembaran Sholawat
Wahidiyah, termasuk tatacara dan adab pengamalannya.
2.
Apakah faedah Sholawat Wahidiyah ?
Faedah Sholawat Wahidiyah untuk menjernikan hati dan
Ma‘rifat Billah (sadar kepada Alloh SWT) wa Rosuluhi SAW.
Bersabda Rosululloh : “Barang siapa membaca shalawat
kepadaku satu kali, maka Alloh membalas shalawat kepadanya sepuluh kali; dan
barang siapa membaca shalawat kepadaku seratus kali, maka Alloh menulis pada
antara kedua matannya : “bebas dari munafiq dan bebas dari neraka”, dan Alloh
menempatkannya besok pada Yaumul Qiyamah bersama-sama dengan para suhadak”.
(Riwayat Thabrani dari Anas bin Malik)
3.
Siapa yang boleh mengamalkan Sholawat
Wahidiyah ?
Boleh di amalkan oleh siapa saja pria, wanita, tua muda,
dari aliran atau golongan dan bangsa manapun juga, pokoknya tidak pandang bulu,
boleh mengamalkan Sholawat Wahidiyah.
4.
Solawat wahidiyah telah di ijazahkan
secara mutlak , jelaskan ?
Sholawat Wahidiyah telah diberi ijazah secara mutlak oleh
mu‘allifnya yaitu AL MUKARROM ROMO KYAI HAJI ABDOEL MADJID MA‘ROEF, Pengasuh
Pondok Pesantren Kedunglo Kota Kediri Jatim, bahkan dianjurkan supaya di sebar
luaskan kepada masyarakat luas tanpa pandang bulu secara ikhlas dan bijaksana.
5.
Sholawat Wahidiyah memiliki beberapa
kandungan , sebutkan !
Kandungan-kandungan Sholawat Wahidiyah :
·
Materi rangkaian do‘a Sholawat
·
Etika / tata cara pengamalan
Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah
·
Ajaran pokok Wahidiyah.
·
Perjuangan Wahidiyah
6.
Sebutkan materi rangkaian do’a Sholawat
Materi rangkaian do‘a Sholawat Wahidiyah adalah :
o
Hadiah / tawasyul bacaan fatihah
kepada Rosululloh SAW dan Ghoutsu Hadzaz Zaman wa A‘wanihi Rodliyalloohu ‘Anhum
o
Sholawat Wahidiyah ( ALLOOHHUMMA
YAA WAHIDU…………..dan seterusnya ).
o
Sholawat Ma’rifat ( ALLOOHUMMA
KAMAA ANNTA ……………dan seterusnya ).
o
Sholawat Tsaljul Qulub ( YAA
SYAFIAL KOLQOSH………….. dan seterusnya ).
o
Nidak kepada Rosuulloh ( YAA
SAYYIDII YAA ROSULALLOH ).
o
Istighoutsah ( YAA AYYUHAL
GHOUTSU…………………… dan seterusnya )
o
Tasyafu‘an / memohon syafaat untuk
diri sendiri, keluarga, dan umat masyarakat (YAA SYAFIAL KHOLQI HABIBALLOH
……….. ………….. dan seterusnya ).
o
Doa sholawat yang berisi
permohonan agar dalam waktu singkat ummat masyarakat sadar kepada Alloh SWT wa
Rosulihi SAW, mohon ampun agar dimudahkan bersatu dalam fafiruu Ilalloh (YAA
ROBBANALLAHUMMA……….. dan seterusnya )
o
Permohonan barokah untuk segala
yang di ciptakan oleh Alloh SWT. ( ALLOHUMMA BAARIK……………….. dan seterusnya )
o
Permohonan barokah dalam
Mujahadah.
o
Istighroq.
o
Do‘a ajakan kepada masyarakat untuk Fafirru Ilalloh.
7. Rangkaian Sholawat Wahidiyah sesuai
dengan sabda Rosululloh Saw. Sebutkan !
“Apabila
salah satu diantara kamu semua menghendaki permohonan sesuatu kepada Alloh SWT,
maka awalilah dengan memuji dan menyanjung kepada Alloh SWT yang sepantasnya /
sewajarnya, kemudian bacalah Sholawat kepada Rosululloh SAW dan mohonlah
menurut kebutuhanmu, maka patutlah do’a itu dikabulkan oleh Alloh SWT”.
8. Jelaskan sejarah lahimya sholawat wahidiyah !
Sholawat
Wahidiyah lahir di Pondok Pesantren Kedunglo Kota Kediri Jawa Timur pada tahun
1963.
9. Mengapa Sholawat Wahidiyah diamalkan
dan di perjuangkan ?!
Sholawat Wahidiyah
diamalkan dan di perjuangkan karena disebabkan :
- adanya
kerusakan mental manusia, masyarakat dewasa ini telah di ambang pintu
kehancuran, dilanda arus nafsu sehingga mereka tenggelam dalam lautan
munkarot dari kebodohanya tentang kesadaran kepada Allah SWT wa Rosulihi
SAW. Sholawat Wahidiyah dan Ajaranya telah dibuktikan keampuhannya mampu
membawa masyarakat kembali kepada Allah SWT wa Rosulihi SAW.
Sebagaimana
sabda Rosululloh SAW:
“Akan teriadi
di kalangan ummat_Ku beberapa fitnah dan tidak ada yang selamat dari fitnah
itu, kecuali orang yang (hatinya) dihidupkan Alloh SWT dengan memiliki ilmu.
Imam Turmudzi berkala .. yang dimaksud ilmu oleh Rosululloh SAW, ialah ILMU
BILLAH “
- Sholawat
Wahidiyah dalam cara mengamalkannya diatur praktis disertai dengan etika (
adab ) Ubudiyah kepada Alloh SWT wa Rosulihi, simpel / efektif, efesien
mudah dan ringan diamalkan.
- Sesuai
dengan maksud dan tujuan Pengamalan Sholawat Wahidiyah. Untuk menjernihkan
hati dan Ma‘rifat Billah, sedangkan menjernihkan hati dan ma‘rifat Billah
adalah wajib hukumnya.
- Sholawat
Wahidiyah dan kandugannya berdasarkan Al - Qur‘an dan Al - Hadits
10. Apa dasar pengamal Sholawat Wahidiyah
?
Dasar pengamalan
Sholawat Wahidiyah adalah perintah Alloh SWT wa Rosulihi SAW :
Allah SWT
berfirman :
‘‘
sesungguhnya Allah beserta para malaikatnya senantiasa bersholawat untuk Nabi
SAW. Hai orang orang yang beriman bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkan
salam penghormatan kepadanya (Nabi SAW.).
Sabda Rosululloh SAW.:
‘‘Bacalahlah
Solawat kamu sekalian kepada-KU, oleh karena sesungguhnya bacaan Sholawat
kepada-KU itu merupakan penwmbus dosa dan pembersih bagi kamu sekalian, dan
barang siapa membaca Sholawat pada-KU satu kali Alloh SWT memberi Sholawat
kepadamu sepuluh kali ‘‘
11. Apa tujuan pengamalan Sholawat
Wahidiyah ?
Tujuan
Pengamalan Sholawat Wahidiyah adalah :
- Ta‘dhim kepada Alloh SWT wa Rosulihi SAW. Dalam Kitab Sa’aadatud-daroin hal 373 disebutkan :
‘Sesungguhnya maksud dari membaca Sholawat kepada
Rosululloh SAW, hanya Ta’dhiman atau mengagungkan beliau beserta melahirkan
butuh permohan Beliau untuk dimohonkan kepada Alloh SWT dan Rohmat-Nya yang
sesuai dengan makom kedudukan keluhuran Rosululloh SAW disisi Alloh SWT.
Andaikata tidak demikian, maka Rosululloh SAW sama sekali tidak membutuhkan
kepada Sholawat kita, karena Alloh SWT telah melimpahkan
bermacam-macam’kesempurnaan kepada beliau yang tidak ada batasnya”.
- Meningkatkan rasa Mahabbah kepada Alloh SWT wa Rosulihi SAW dan mengikuti kepada Sholawat Alloh SWT dan para Malaikat-NYA.
Dalam
Kitab Sa’aadatud Daroini hal..530 diterangkan
“Sesungguhnya
Rosululloh SAW itu kekasih Alloh SWT,yang tinggi kedudukannya disisi Alloh SWT,
dan sesungguhnya Alloh SWT dan para Malikat-NYA telah berSholawat kepada-Nya.
Maka wajiblah mencintai kekasih Alloh SWT dan Taqorrub / mendekatkan diri
kepada Alloh SWT dengan mencintai, mengagungkan serta menghaturkan Sholawat
kepada kekasih Alloh SWT dan juga mengikuti Sholawat-NYA (Alloh) serta
sholawatnya para Malaikatnya Alloh.”
- Tujuan akhir dari pegamalan Sholawat Wahidiyah adalah Penerapan Ajaran Wahidiyah : LILLAH, BILLAH, LIRROSUL, BIRROSUL, LILGHOUTS, BILGHOUTS, YUKTI KULLADZI HAQQIN HAQQAH, TAQDIMUL AHAM, TSUMMAL ANFA, FAL ANFA / FAFIRRU – ILALLOH WA ROSULIHI SAW.
Sumber http://sholawat-wahidiyah.com/id/rsl/pjlsnsw.htm
Yang dimaksud dengan "AJARAN
WAHIDIYAH" adalah "Bimbingan praktis lahiriyah dan batiniyah
di dalam melaksanakan tuntunan Rosululloh SAW, meliputi bidang syari'at
dan bidang haqiqot, mencakup peningkatan Iman, pelaksanaan Islam dan perwujudan Ihsan serta pembentukan moral / akhlaq".
Peningkatan iman menuju kesadaran atau ma'rifat kepada ALLOH SWT.
Pelaksanaan Islam sebagai realisasi dari
ketaqwaan terhadap ALLOH SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Perwujudan Ihsan sebagai
manifestasi dari iman, Islam yang kamil (sempurna). Pembentukan moral /
akhlaq untuk mewujudkan akhlaqul karimah.
Bimbingan praktis lahiriyah dan batiniyah
di dalam memanfa'atkan potensi lahiriyah yang ditunjang oleh pendayagunaan
potensi batiniyah/spiritual yang seimbang dan serasi. Jadi bimbingan praktis
tersebut meliputi segala bentuk kegiatan hidup dalam hubungan manusia dengan ALLOH
wa ROSUULIHI SAW (HABLUM MINALLOH), hubungan manusia dalam kehidupan
masyarakat sebagai insan sosial (HABLUN MINAN-NAAS), hubungan manusia
dengan keluarga, rumah tangga, dengan bangsa, negara dan agama, dengan sesama
ummat manusia segala bangsa serta hubungan manusia dengan segala makhluq di
lingkungan hidup pada umumnya.
Secara ringkas AJARAN WAHIDIYAH tersebut
dirumuskan sebagai berikut:
L I L L A H
Artinya,
segala amal perbuatan apa saja, perbuatan lahir dan perbuatan batin, baik yang
wajib, yang sunnah dan yang mubah, lebih-lebih yang berhubungan langsung dengan
ALLOH WA ROSUULIHI SAW seperti sholat, puasa, haji, baca Qur'an, baca sholawat
dan sebagainya, maupun yang berhubungan di dalam masyarakat, di dalam kehidupan
sehari-hari, seperti makan, minum, tidur, istirahat, bekerja dan sebagainya,
asal bukan perbuatan yang terlarang, asal bukan perbuatan yang tidak diridloi
oleh ALLOH SWT, asal bukan perbuatan yang melanggar syari'at dan undang-undang,
pokoknya asal bukan perbuatan yang merugikan : melaksanakannya supaya disertai
niat ber-ibadah kepada ALLOH dengan ikhlas "LILLAHI TA'ALA" tanpa
pamrih suatu apapun, Baik pamrih duniawi maupun pamrih ukhrowi.
Dengan
menyertakan niat ibadah LILLAH (di dalam hati terutama) di dalam segala
perbuatan yang tidak terlarang seperti itu, menurut hadits tersebut di atas,
perbuatan apa saja yang kita lakukan akan mempunyai nilai ibadah/tercatat
sebagai ibadah. Dan dengan demikian sesuailah dengan kehendak ALLOH yang
digariskan di dalam ayat 56 surat
Adz-Dzaariat tersebut. Sekali lagi harus diingat bahwa yang boleh dan
bahkan harus disertai niat ibadah LILLAH adalah terbatas pada perbuatan yang
tidak terlarang.
Adapun
perbuatan yang melanggar syari'at atau undang-undang, yang tidak diridloi oleh ALLOH
SWT, yang merugikan, baik merugikan diri sendiri dan lebih-lebih merugikan
orang lain, sama sekali tidak boleh disertai niat ibadah LILLAH. Harus dijauhi dan ditinggalkan. Betapa-pun kecil
dan remehnya. Harus berusaha sekuat mungkin untuk menjauhi dan meninggalkan!
Dan pada saat menjauhi atau meninggalkan itulah yang harus disertai niat ibadah
LILLAH. Jangan sampai dalam kita menjauhi atau meninggalkan munkarot itu
didorong oleh kemauan nafsu. Harus LILLAH - beribadah kepada ALLOH SWT,
menjalankan perintah ALLOH SWT! Titik. Tidak ingin begini dan begitu. Demikian
seterusnya di dalam kita menjalankan amar ma'ruf dan nahyi munkar,
harus dengan niat ibadah kepada ALLOH dengan ikhlas LILLAH. Jangan karena
terdorong oleh nafsu supaya begini dan begitu, agar tidak merusak dan
menghancurkan nilai bangunan amal yang kita kerjakan.
B I L L A H
"Tiada
daya dan kekuatan melainkan atas titah ALLOH (BILLAH) "
Dan menerapkan firman ALLOH SWT:
"Dan ALLOH-lah
yang menciptakan kamu sekalian dan apa saja yang kamu sekalian
perbuat". (Q.S. 37- As- Shoffaat : 96).
"Dan kamu sekalian tidak dapat menghendaki (tidak
dapat berkehendak menempuh jalan yang lurus) melainkan apabila"
dikehendaki ALLOH
Tuhan semesta alam (Q.S. 81 - At-Takwir : 29 )
Jadi jelasnya, di dalam kita melihat,
mendengar, merasa, menemukan, bergerak, berdiam, berangan-angan, berfikir dan
sebagainya, supaya hati selalu sadar dan merasa bahwa yang menggerakkan yang
menitahkan itu semua adalah ALLOH SWT. Merasa BILLAH. Semuanya BILLAH. Tidak
ada sesuatu yang tidak BILLAH. Ini harus kita rasa di dalam hati. Tidak cukup
hanya pengertian dan keyakinan dalam otak. Bukan sekedar pengertian ilmiah
saja. Kita membaca buku ini, kita memahami buku ini - BILLAH. Buku yang anda baca inipun BILLAH. Diri
kitapun BILLAH. Mari terus merasa begitu. Merasa BILLAH.
L I R - R O S U L
Artinya, Segala amal ibadah atau perbuatan apa saja, asal tidak melanggar syariat
Rosul, disamping disertai niat LILLAH seperti di atas, supaya juga disertai
dengan niat "mengikuti tuntunan Rosululloh SAW!" Jadi
dalam segala hal perbuatan apa saja asal tidak melanggar Syariat Islam, niatnya
harus dobel. Yakni niat LILLAH dan niat LIRROSUL.
Dengan tambahan niat
LIRROSUL disamping niat LILLAH seperti itu, nilai kemurnian ikhlas semakin
bertambah bersih. Tidak mudah diridu/digoda oleh iblis, tidak gampang
disalahgunakan oleh kepentingan nafsu. Disamping itu penerapan LIRROSUL juga
merupakan di antara cara Ta'aluq Bijanaabihi SAW - berhubungan atau
berkonsultasi batin dengan Baginda Nabi SAW. Dengan menerapkan LIRROSUL disamping
LILLAH secara terus-menerus Insya ALLOH lama-kelamaan hati dikaruniai suasana
seperti mengikuti Rosululloh SAW atau seperti ber-sama-sama dengan Rosululloh
SAW di mana saja kita berada terutama ketika menjalankan amal-amal ibadah apa
saja. Dengan demikian situasi batin kita benar-benar dapat menduduki hakikatnya
mengikuti atau mangikuti secara hakiki seperti sudah kita bahas di muka
: HAQIIQOTUL MUTAABA'ATI RUKYA-TUL MATBUU'I'INDA KULLI SYAI-IN =
mengikuti yang hakiki harus melihat kepada yang diikuti pada segala
keadaan, segala situasi dan kondisi.
Adapun dasar atau dalil
mengenai penerapan LIR-ROSUL banyak sekali kita jumpai di dalam Al Qur'an.
Antara lain bahkan yang berupa perintah :
"Dan
taatlah kepada ALLOH (LILLAH) dan Rosul-NYA (LIRROSUL) jika kamu sekalian
orang-orang yang beriman." ( 8-Al Anfaal-1)
"Wahai
orang-orang yang beriman, taatlah kepada ALLOH (LILLAH) dan Rosul-NYA
(LIRROSUL) dan jangan-lah kamu sekalian berpaling dari-NYA sedangkan kamu
sekalian mendengar". (Q.S. 8 : Al- Anfal-20)

Artinya kurang lebih:
"Wahai
orang-orang yang beriman, taatlah kepada ALLOH (LILLAH) dan taatlah kepada
Rosul (LIR-ROSUL) dan janganlah kamu sekalian membatalkan (merusakkan)
amal-amal kamu sekalian". (Q.S. 47-Muhammad-33).
"Dan barang siapa taat kepada ALLOH (LILLAH) dan
Rosul-NYA (LIRROSUL), maka sungguh ia memperoleh kabahagiaan yang agung".
(33-Al-Ahzaab-71).
Orang
yang hatinya selalu merasa mengikuti Rosululloh SAW disamping niat ibadah
kepada ALLOH dalam segala perbuatan yang tidak melanggar syari'at agama dan
undang-undang, lebih-lebih ketika menjalan-kan amal-amal ibadah, baik yang
wajib maupun yang sunnah atau yang mubah sekalipun, otomatis sangat
berhati-hati sekali, tidak berani sembrono, tidak berani berkutik. Sikapnya selalu
hormat dan tawadlu' kepada siapapun. Lisaanul hal dan lisaanul maqol-nya
senantiasa sopan dan ramah tamah, sebab disinari oleh pancaran takholluq
biakhlaaqillaahi wa biakhlaaqi Rosuulihi SAW selalu hormat kepada yang
seatasnya dan kasih sayang kepada yang sebawahnya. Senang menolong kepada orang lain dan masyarakat,
baik diminta ataupun tidak diminta. Pertolongan lahiriyah dan atau pertolongan
batiniyah. Mudahnya, dia ketularan akhlak Rosululloh SAW yang Rohmatan
Lil'alamiin itu. Ketika menjalankan amal-amal ibadah terutama dia lebih
berhati-hati lagi, jangan sampai tingkah lahir dan batinya merusakkan amal
ibadahnya sehingga ditolak oleh ALLOH SWT.
B I R - R O S U L 
Ini termasuk bidang Haqiqot seperti halnya
dengan BILLAH sekalipun dalam beberapa hal dalam penerapan-nya ada perbedaan.
Sedangkan LILLAH dan LIRROSUL adalah bidang syari'at. Penerapan BIRROSUL
adalah : disamping sadar BILLAH seperti di atas, supaya juga sadar dan merasa (rumongso
lan kroso, bahasa Jawa) bahwa segala sesuatu termasuk diri kita dan gerak
gerik diri kita lahir maupun batin yang diridloi ALLOH, adalah sebab jasa
Rosululloh SAW. Jadi, dalam segala langkah dan gerak-gerik kita lahir maupun
batin yang bagaimanapun saja asal tidak melanggar syari'at Rosul SAW, hati kita
harus merasa menerima jasa dari Rosululloh e. Jasa tersebut terus mengalir
berkesinambungan tiada putus-putusnya. Jika dihindari sekejap saja oleh jasa
Rosululloh e kita tidak dapat berbuat apa-apa. Bahkan wujud kitapun jika
dihindari oleh jasa Rosululloh e menjadi 'adam seketika.
Jadi penerapan BIRROSUL
itu seperti BILLAH akan tetapi terbatas, tidak mutlak seperti BILLAH.
Terbatas hanya dalam hal-hal yang diridloi ALLOH WA ROSUULIHI SAW. Maka
ketika melakukan ma'siat misalnya, tidak boleh merasa BIR-ROSUL. Akan
tetapi merasa harus tetap BILLAH. Pembatasan tersebut adalah mengisi bidang
adab. Dan kita harus menempatkan segala sesuatu pada kedudukan atau proporsi
yang sebenarnya. Bidang syari'at harus kita isi sepenuh-penuhnya dan
setepat mungkin, dan bidang haqiqot juga harus kita terapkan setepat
mungkin. Begitu juga bidang adab harus kita isi setepat-tepatnya, tidak
boleh kita abaikan ! Langit bumi seisinya ini, termasuk manusia, adalah rahmat
kasih dari ALLOH SWT. Dan rahmat kasih tersebut disalurkan melalui Rosululloh
SAW sebagaimana firman-NYA :
Artinya
kurang lebih:
"Dan tiadalah AKU mengutus Engkau (Muhammad)
melainkan rahmat bagi seluruh 'alam". (21-Al-Anbiya-107)
Jadi
seluruh 'alamin ini termasuk manusia ber-hutang budi atau dalam pembahasan di atas
kita memakai istilah "mendapat jasa" dari Rosululloh SAW. Islam
dan Iman di dada kita ini adalah jasa dari Rosululloh SAW. Jasa yang
paling besar nilainya. Tidak dapat diukur dengan harta atau materi yang
berapapun banyaknya ! Bahkan segala apa saja yang terdapat dalam diri pribadi
manusia, yang ada di luar, yang ada di sekelilingnya, yang ada di hadapannya
yang kelihatan mata atau yang tidak kelihatan, yang dapat diraba oleh panca
indera atau yang tidak dapat, semuanya itu adalah jasa Rosululloh SAW. Tanpa
Rosululloh SAW ummat manusia sudah menjerumus kepada kesewenang-wenangan,
pertikaian, dan permusuhan satu sama lain yang pada akhirnya terseret kepada
bencana kehancuran dan malapetaka kesengsaraan.
YUKTII KULLA DZII HAQQIN HAQQOH 
Maksudnya
adalah agar supaya kita berusaha mengisi dan memenuhi segala bidang kewajiban.
Mengutamakan pemenuhan kewajiban di segala bidang daripada menuntut hak. Baik
kewajiban terhadap ALLOH dan Rosululloh SAW, maupun kewajiban-kewajiban yang
berhubungan dengan masyarakat di segala bidang dan terhadap makhluk pada
umumnya. Di dalam hubungan hidup satu sama lain selalu timbul hak dan kewajiban
yang kait mengait satu sama lain. Kewajiban A terhadap B merupakan hak B
dari A. Begitu juga sebaliknya. Kewajiban B terhadap A merupa-kan haknya
A dari B. Maka diantara hak dan kewajiban itu yang harus diutamakan adalah
pemenuhan kewajiban masing-masing. Soal hak, tidak usah dijadikan tuntutan,
asal kewajiban dipenuhi dengan baik, otomatis apa yang menjadi haknya datang
dengan sendirinya.
Beberapa
contoh :
- Hubungan suami istri
Sang suami mempunyai hak memperoleh pelayanan yang baik dari istri, akan tetapi
juga mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap istri. Istri juga mempunyai hak
nafkah, bimbingan dan perlindungan dari suami, akan tetapi juga mempunyai
kewajiban khidmah atau memberikan layanan yang baik terhadap suami. Maka
yang harus diutamakan oleh :
Suami
: memenuhi kewajiban nafkah, melindungi dan memberikan
bimbingan kepada istri, tanpa menuntut hak pelayanan dari istri.
Istri
: memenuhi kewajiban menghormati dan mem-berikan pelayanan
yang baik, tanpa menuntut hak nafkah, hak perlindungan, hak bimbingan dan
lain-lain dari suami.
- Hubungan orang tua dengan anak
Orang
tua mempunyai hak dihormati dan ditaati oleh anak, tetapi mempunyai kewajiban
nafkah dan mendidik anak. Anak mempunyai hak nafkah dan pendidikan dari orang
tua, akan tetapi mempunyai kewajiban hormat dan taat kepada orang tua
Maka yang harus diutamakan oleh :
Orang
tua : memenuhi kewajiban nafkah dan men-didik anak,
tanpa memperhitungkan peng-hormatan dan ketaatan dari anak. Ter-kecuali untuk
tujuan mendidik .
Anak
: memenuhi kewajiban hormat dan taat kepada orang tua
tanpa memperhitungkan tuntutan hak nafkah dan lain-lain.
Begitu juga yang lain-lain.
Pemerintah berhak di-tunduki dan dituruti oleh rakyat, akan tetapi berkewajiban
membimbing dan memajukan rakyat. Maka yang harus diutamakan oleh Pemerintah
adalah kewajiban membimbing, melindungi serta memajukan rakyat. Sebaliknya begitu
juga rakyat berhak mendapat bimbingan dan perlindungan dari pemerintah, akan
tetapi juga mempunyai kewajiban taat dan setia kepada Pemerintah. Maka yang
harus dijalankan oleh rakyat hanyalah tunduk dan taat kepada Pemerintah tanpa
memperhitungkan apa yang menjadi haknya. Sekali lagi apabila kewajiban dipenuhi
dengan baik otomatis hak datang dengan sendiri-nya dengan baik pula.
TAQDIIMUL AHAM FAL-AHAM TSUMMAL ANFA'FAL
ANFA' 
Sering kali kita jumpai lebih dari satu
macam persoalan yang harus diselesaikan dalam waktu yang bersamaan dan kita
tidak mampu mengerjakan bersama-sama. Maka dalam keadaan seperti itu
kita pilih diantara-nya mana yang lebih aham (lebih penting) itu yang
harus kita kerjakan lebih dahulu. Jika sama-sama pentingnya maka kita pilih
yang besar manfaatnya. Demikian yang dimaksud "Taqdiimul Aham Fal Aham
Tsumal Anfa' Fal-Anfa'". Jadi mendahulukan yang lebih penting,
kemudian jika sama-sama pentingnya dipilih yang lebih besar manfaatnya.
Untuk
menentukan pilihan yang "aham" dan mana yang "anfa'"
kita perhatikan pedoman : "Segala hal yang berhubungan langsung kepada ALLOH
WA ROSUULIHI SAW, terutama yang wajib, pada umumnya harus dipandang "AHAM"
- lebih penting. Dan segala hal yang manfaatnya dirasakan juga oleh orang lain
/ masyarakat banyak, harus dipandang Anfa' (lebih besar manfaatnya).
Dikatakan
"pada umumnya" sebab mungkin pada suatu saat karena adanya hal-hal
baru muncul atau karena situasi dan kondisi, pelaksanaannya dapat menyimpang
dari ketentuan tersebut. Misalnya suatu ketika kita sedang Mujahadah atau
Ibadah sunnah lainnya kemudian ada tamu dari jauh dan sangat penting, maka
dalam keadaan seperti itu kita harus menemui tamu tersebut. Setelah selesai
menemui tamu, Mujahadah dapat diteruskan lagi. Contoh lain, ketika sedang sholat
di pinggir sungai misalnya, lalu terdengar jeritan orang hanyut di sungai itu
dan minta pertolongan, maka kita harus membatalkan sholat dan menolongnya.
INSYA
ALLOH dan sesuai dengan pengalaman, kalau benar-benar tepat penerapan LILLAH
BILLAH LIR-ROSUL BIR-ROSUL dst, pemilihan mana yang "AHAM" dan mana
yang "ANFA' itu pasti tepatnya. Tetapi sebaliknya, jika lepas dari LILLAH
BILLAH, LIR-ROSUL BIR-ROSUL dst, mungkin bisa timbul penyesalan di kemudiannya
akibat dari pemilihan "AHAM" dan "ANFA' yang
kurang tepat.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus